Pagi ini Raisya berangkat lebih awal menuju ke kesekolahnya,
bukan tanpa alasan dikarenakan hari sebelumnnya dia telat masuk sekolah dan
hari ini pak kepala sekolah sendiri yang turun di depan gerbang untuk menunggu
kedatangan raisya.
“ Aishhhh,,,,pak kepsek gak tahu apa kalo gue harus nunggu
mobil bus yang antriannya panjang banget kaya mau ngambil sembako…” Gerutu
raisya sendiri sambil memasuki gerbang sekolahnya. Ia mengendap ke kiri dan
kenan mencoba memperhatikan keadaan sekitar gerbang sekolah. Namun tak
ditemukan pak kepala sekolah disana.
Hujan tiba-tiba turun deras, spontan raisya kocar kacir
mencari tempat perlindungan, karena jalan menuju depan kelas dari gerbang
lumayan jauh, sambil berlari ia tundukan kepala sambil menutupnya dengan tas
yang raisya pakai. Namun sebuah mobil BMW merah dengan manisnya melewati raisya
tanpa pamit sehingga genangan airdi sekitar gerbang menyembur ke tubuh raisya.
Lenkap sudah. Tanpa berkta raisya terdiam seperi patung seketika.
“ Apa..ap..apaan nih…..” teriaknya baru tersadar setelah
beberapa menit berdiri mematung.
“Hey,,mobil merah..berhenti lo…..woy….” Teriak Raisya marah
sambil berlari dibelakang mobil, namun sipengendara mobil nampaknya tak
bergeming sedikitpun. Entah karena tidak mendengar atau pura-pura tak
mendengar.
“Ohhh…mau cara lebih kasar…..oke…” Sahut raisya lagi pelan
namun dalam sambil berdiri memungut batu didepannya dan bersiap melemparkan
batu tersebut kearah mobil merah, dengan gaya
yang tajam raisya melemparkan batu dan “
DUK>>>PRAY…” Merasa kaca mobilnya pecah si pengendara baru tersaadar
dan langung keluar dengan muka marah tak termaafkan.
“Siapa yang melakukan ini??? " Teriak lelaki itu geram sambil memegang batu
yang di lempar raisya. Di kejauhan terlihat raisya berdiri sambil berkacak
pinggang tidak takut sedikitpun karena merasa paling benar.
“Kau…kau yang melakukan ini?? Aisshh..apakah kau sudah
gila…?” Teriak pemuda itu marah. Raisya mendekat tanpa canggung sedikitpun.
“ Lo bilang apa? Salah apa? Lo gak lihat apa badan gue kotor
dekil gini ulah siapa? Hah…mobil lo yang bikin gue kaya gini tau gak?” teriak
raisya marah. Pemuda iu terdim dan membuka kaca mata hitamnya.
“Huh,,,,awas lo ya,,,,urusan kita belom selesai…” Sahut
pemuda itu dingin. Sentak raisya marah, tempramennya yang mudah sekali
terpancing emosi tak kuat menahan
.” Aishhhhh…….dasssar,,,,” teriaknya keras, dan pak kepsek
keluar menuju parkiran mobil tempat raisya beriri.
“ kamu kalau gak minat sekolah jangan datang. Sya…” Sentak
pak kepsek tiba-tiba. Raisya mendelik. Matanya tajam. Terlihat ingin mencengkram
manusia yang ada disekitarnya. Pak kepsek terdiam, merinding Ia tahu posisinya
saat ini tidak benar.
………….
“ Untung pak kepsek baik,,,masih ijinin lo masuk hari ini
walau cuman pake switer dan celana si bono….” Ucap ririn sambil memberikan kopi
hangat pada raisya.
“Dia takut gue makan kali…” jawab raisya seadanya.
“ hahaha,,,,emang lo nyeremin sih kalo lagi marah…emang siapa
sih yang lakuin ini semua?” Tanya ririn lagi.
“ Bentar lagi juga dia datang,,superstar kita……” ledek
raisya kesal. Dan benar saja tak lama datanglah sekelompok siswa sambil
lari-lari kecil mengelilingi seorang lelaki tampan.
“ Hah,,maksud lo,,,Ronald??” Tanya ririn kaget tak percaya.
“ Menurut lo…?” jawab raisya kesal.
“ Terus lo mau meminta pertanggung jawaban sama dia?? Lo kan orangnya gak mau
kalah….” Tanya ririn.
“ Nggak,,males gue lihat mukanya.. yuk cabut..” ajak raisya
sambil menutupi kepalanya dengan kuncup dari sweaternya. Namun saat melewati
ronald, tangan raisya langung di tarik olehnya.
“ wesss,,,,urusan kita belum selesai sayang….” Ucapnya
lembut dan keadaan terlihat tenang sehingga ucapan ronald terdengar jelas oleh
seluruh penghuni kantin yang ada disana.
“ Apaan sih…emang gue punya urusan apa ….” Tanya raisya
keras dan melepaskan pegangan tangan Ronald dengan keras.
“ Loe udah lupa? oke…akan gue buat loe inget.” Sahutnya
santai sambil menarik tangan raisya dan membawanya keluar dari kantin membuat
semua penghuni kantin melongo kaya sapi ompong.
Roland masih menarik tangan raisya keras dan membawanya ke
parkiran. Dengan tatapan dingin ia mendelikan matanya ke arah mobil mewah BMW
Ronald.
“ Masih bingung lo salah apa?” Tanya Ronald tajam. Raisya
tak peduli dengan wajah tanpa bersalah dia membalikan badannya dan meninggalkan
Ronald.
“Hey,,,,kau,,,aishhhhh..” Teriak Ronald marah dan segera
menarik tangan raisya kuat sehingga tubuh raisnya yang kecil dengan mudahnya
jatuh di pelukan Ronald.
Seketika waktu terasa berhenti berputar, dan segerombolan
wartawan yang entah datang dari mana dengan leluasanya mendokumetasikan keadaan
itu.
“ Wah,,jadi ini pacar anda,,?” Tanya salah seorang wartawan
sambil sibuk mefoto sana
dan sini. Raisya dan Ronald segera tersadar.
“ akhh,,,ini,,ini tidak seperti yang kalian bayangkan…jadi
jangan mengambil kesimpulan sendiri..” Ronald berkata dengan sopan sambil
tersenyum. Raisya mendelik.
“ Huhh,,didepan kamera aja bertingkah layaknya
malaikat,,,dasar penipu” Gerut raisya kesal dan pergi meninggalkan Ronald yang
kebingungan menjawab pertanyaan wartawan.
“ hey,,hey….raisya….” teriak Ronald agak kecil.
“ aishhh,,,bagaimana mungkin ada wanita seperti dia…….” Gerut Ronald kesal.
……………
Pagi-pagi sekali raisya bersiap berangkat sekolah karena
tidak ingin berhadapan lagi dengan pak kepala sekolah, namun suara telepon
berdering, riri n memanggil.
“ Kenapa? Lo kangen, pagi-pagi udah nelpon?” Tanya raisya
judes.
“ Lo belom berangkat sekolah kan?" Tanya ririn khawatir.
“ ini mau, emang kenapa?” Tanya raisya lagi.
“ lo gak nyadar apa? Wajah lo tuh udah tertpampang jelas di
seluruh stasiun televisi pergosipan tau…” Sentak ririn agak kesal.
“ Lahh,,emang gua salah apa? Lagian apa urursannya ama
pergosipan,,yang ada gua masuk berita reportase itu baru masuk akal …” jawab
raisya santai.
“ Ya tuhan sya,, gue serius. Lo pacaran ama si Ronald?”
Tanya ririn agak memelankan suaranya.
“nggak lah…lagian lo dapat info dari mana berita miring
itu?” Tanya raisya agak kaget.
“ udah gue bilang,,wajah lo terpampang di televisi
sayaaanng…..” seru ririn agak kesal.
“ haduuhh,,serius lo…ini pasti karena kejadian kemarin…”
sahut raisya yang mulai gelisah.
“ nah loh…jangan bilang lo gak tau masalah ini? Sebenarnya
lo punya tv gak sih? “ sentak ririn yang ikutan kesal sekailigus khawatir.
“ hehe….kemarin baru gue gadein tuh ama kostan tetangga,,,,”
jawab raisya cengengesan.
“Emang dasar lo gak update..udah lo mening gak usah
sekolah,,,karena gue jamin lo bakal jadi inceran paparazzi…” suruh ririn
“ tap..tapi,,gue udah di depan sekolah ni….gimana dong?”
sahut raisya bloon.
“ lahh,,kok bisa,,lo bilang tadi baru mau berangkat kan? “ Tanya ririn.
“ iya,,tadi, sambil ngobrol ama lo gue sambil naik bus…hehe”
jawab raisya seadanya.
“ Ya Tuhan,,lo tuh ya…udahlah terserah lo aja…gak ada gunanya
dong dari tadi gue ngomong panjang lebar ampe mulut gue berbusa..” seru ririn
kesal.
Ririn segera menutup teleponnya dengan kesal, namun raisya
tak peduli ia tahu ririn tidak akan marah karena hal yang sepele mereka sudah
berteman sejak keci.
Raisya hendak memasuki gerbang sekolah, baru saja ia membuka
terlihat segerombolan wartawan sedang menunggunya di depan, ia kembali menutup
gerbangnya.
“ Gila,,tuh wartawan gak pada tidur apa? Usil banget pengen
tahu berita orang…” gerutu raisya kesal.
“ Kalo gini caranya bisa-bisa gue gak bakalan sekola
nih…akhh,,,terserah” Sambung raisya lagi sambil menutup mukanya dengan sweter
yang ia pakai dan segera membuka gerbang. Namun sebelum raisya masuk seseorang
telah menarik tangan raisya dan membawanya di belakang pagar.
“ Jangan masuk…” Seru lelaki itu pelan. Raisya membuka penutup
kepalanya, wajahnya segera kesal.
“ ini semua gara-gara lo.. ronald adirangga pratama” Seru
raisya kesal. Ronald menatap raisya dengan tatapan jengkel, tubuh mereka
berhadapan dengan raisya yang hampir menempel di tembok,
“ Bukannya kebalik…jangan selalu menyalahkan orang
lain,,nona raisya purnama dewi..” balas Ronald dengan nada sinis, tangannya di
bentangkan pada tembok, seolah akan memakan raisya. Pandangan mereka beradu seolah ada kilat yang
menjembatani mata Ronald dan raisya. Dari kejauhan tampak mereka sedang bermesraan.
“ Lihat itu mereka…!” Seru seorang wartawan sambil memfoto
Ronald dan raisya. Spontan mereka hanya melongo karena tertangkap kamera dalam
posisi yang terlihat sedang bermesraan.
“Ronald,,perkenalkan pacarnya…” pinta seorang wartawan
mendekati ronald dan raisya yang masih bengong.
“ Akh…tidak,,kalian salah…” jawab Ronald seadanya, sambil
melirik kearah raisya.
“ iya,,iya,,kalian salah,,,,ini tidak seperti yang kalian
fikirkan..” kelak raisya yang mulai tersadar setelah Ronald menginjak kakinya.
Suara bel berbunyi, Ronald dan raisya mengambil kesempatan
ini untuk jadi alasan pergi meniggalkan wartawan.
“ maaf, kami harus pergi..” Sahut Ronald sambil menarik
tangan raisya yang masih kaku belum dapat beradaptasi dengan jepretan kamera. Para wartawan tidak mau meninggalkan momen penting saat
Ronald menarik tangan raisya dengan kuat. Jepret..jepret,,jepret…
Bersambung yaaaa...............
np ga kirim ke majalah aja non?
BalasHapuspengen sih,,,tapiiii,,gak tau kirim kemana,,hahaha :)
HapusCeritanya menarik, jadi terbawa suasana akunya. Andai aku yang ada dalam cerita.
BalasHapus#ngarep
yaudah kamu masu gih ke cerita,,hehehehe :)
Hapusnice post :) salam kenal yaaa ...
BalasHapussalam kena juga.:)
HapusWah bisa jadi calon penulis novel nih, semangat sob lanjutin terus bakatmu
BalasHapusaminn,,,,,:)
Hapusokeoke,,,,,
Untung aja bukan pak kepsek yang kena batu, kan kasian kalau dia kena batunya :D
BalasHapusiya,,begitulh,,,,kalo pak kepsek yang kena nanti lebih ekstrem lagi,,hahha
Hapuslanjut dong ceritanya...:D
BalasHapus